Ada Apa Dengan ODOP?

Apa Susahnya Menulis di ODOP?

Saya pertama kali mendengar komunitas One Day One Post (ODOP) sekitar satu tahun lalu. Ada beberapa teman saya yang terlebih dahulu gabung di komunitas ini dan sering sharing blogpost harian di akun media sosial mereka. Satu hal yang terpikir di benak saya, “wow, hebat banget mereka bisa ngepost satu artikel per hari!”

Sekitaran satu bulan lalu, teman saya yang telah duluan mengikuti komunitas ODOP ini ngejapri via aplikasi whats apps. Intinya dia mengajak saya gabung di komunitas ini. Saya yang memang pada dasarnya senang tantangan, merasa penasaran juga untuk nyemplung di komunitas ini.

Pada akhirnya, saya daftar juga dan sekarang sedang menjalani ODOP batch 5.

Pertanyaan  seram di awal ketika bergabung di komunitas ini adalah, “Apakah saya mampu mengikuti aktifitas komunitas ini?” bayangkan saja, saya yang terbiasa menulis lama (bisa berhari0hari) untuk satu artikel, kemudian dipaksa untuk membuat satu artikel setiap harinya. Tentu saja dengan tema berbeda. Keraguan pertama adalah, apakah saya mampu?

Faktanya, setelah kini hampir sebulanan mengikuti komunitas ini saya lancar-lancar saja. Ada beberapa hari yang sampai bolong gak ngepost artikel dan harus mengganti di hari berikutnya. Tapi ini hanya soal kesibukan dan koneksi internet yang buruk. Selebihnya mah saya tetap bisa konsisten menulis satu artikel setiap hari. So, saya sudah membuktikan sendiri, membuat satu tulisan setiap hari itu ternyata mudah.

Keraguan kedua yang sempat muncul dibenak ini adalah soal minim ide. To be honest, saya ini termasuk golongan penulis amatir yang selalu gak tahu mau nulis apa. Kegilaan saya mengikuti berbagai lomba blog competition juga sejujurnya dilatarbelakangi karena masalah minim ide ini. Tahu kan, kalau kita ikut lomba blog competition, setidaknya saya sudah mendapatkan satu ide atau tema tulisan yang harus dibuat.

Dengan fakta saya jarang nulis karena miskin ide, apakah saya mampu menghasilkan satu tulisan setiap hari karena miskin ide? Lagi-lagi saya tercengang ketika sudah menjalani ODOP ini.

Serius, saya sendiri terkagum-kagum karena setiap hari ada ide berkeliaran yang meminta untuk ditumpahkan menjadi gabungan kata-kata dalam satu artikel. Saya tak menyangka kalau saya bisa begitu mudah mendapatkan berbagai ide. Entah kenapa. Mungkin karena ada tekanan harus menulis satu article setiap hari, jadi saya mem-push otak ini untuk menjaring ide. So, ODOP ternyata bisa melancarkan otak untuk melahirkan berbagai ide tulisan.

Keraguan ketiga adalah soal kecepatan saya merangkai kata untuk menjadi sebuah tulisan. Balik lagi, pengalaman saya yang seringkali membutuhkan waktu berhari-hari dalam menulis membuat saya ragu bisa menulis cepat. Awalnya saya ragu dengan kemampuan saya. Bagi saya, agar bisa menuangkan ide dan tema tulisan menjadi beberapa kalimat bukan perkara mudah.

Faktanya, setelah dijalani ternyata menulis cepat itu mudah. Percayalah, setelah kamu menjalani ODOP minimal seminggu saja, kamu akan mudah merangkai kata-kata untuk menguraikan ide yang berseliweran di otak ini. Saya menghitung, untuk menulis minimal 300 kata (sesuai syarat artikel ODOP) saya hanya membutuhkan waktu dibawah satu jam saja, bahkan mungkin saja hanya setengah jam. Sebuah rekor menulis yang membuat saya kaget sendiri. So, ODOP ternyata mampu mempercepat waktu yang dibutuhkan untuk membuat satu tulisan.

Bahkan sebagai seorang blogger yang sering ikutan lomba flash blogging (lomba menulis cepat), saya yakin ODOP sangat membantu dalam mengasah kemampuan menulis cepat. Soal ini, saya sudah menuliskannya dalam artikel berikut ini.

Keraguan keempat adalah soal apakah saya mempunyai waktu yang cukup untuk menulis satu artikel disela kesibukan saya? Soal ini terus terang saya masih keteteran. Saya sudah coba mencari pola yang tepat kapan waktu terbaik saya untuk konsentrasi menulis. Di tengah padatnya aktifitas kerjaan, saya memang harus membiasakan diri disiplin dalam menulis. Berat memang, tapi ternyata saya bisa kok. So, ODOP membantu saya mendisiplinkan diri dalam menulis setiap harinya.

Nah, setelah kamu baca beberapa opini saya seputar ODOP ini, saya yakin kamu gak bakal percaya begitu saja kalau ada Dilan gadungan yang bilang, ODOP itu berat, … kamu gak akan mampu. Biar saya aja!

Come on, jangan dulu berkomentar sebelum dicoba. Saya menantang kamu buat ikutan komunitas ODOP ini pada batch berikutnya. Berani?

 

Ofi Gumelar

9 thoughts on “Ada Apa Dengan ODOP?

  1. Enak dibaca tulisannya, dan saya sepakat sama pencapaian2 yg kita dapat selama ngODOP, semangat! Qta insyaallah lulus bareng ya..

Leave a Reply to Leska Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *