Pilkada Jawa Barat: Antara Ridwan Kamil dan Dedi Mulyadi


Setelah pilkada DKI yang sekarang sedang memasuki ronde kedua, mana lagi kontestasi pilkada yang paling ditunggu? Jawabannya, pemilihan gubernur Jawa Barat. Sebagai provinsi tetangga ibu kota serta jumlah penduduk terbanyak di Indonesia, tak salah jika ajang cari pemimpin di tanah parahyangan ini layak dicermati.
Gejala ramainya pilkada Jawa Barat sudah mulai terasa. Meskipun masih jauh dari pelaksanaannya, pergerakan politik di daerah ini sudah mengemuka. Partai Nasional Demokrat sudah curi start dengan mendeklarasikan dukungannya pada Ridwan Kamil pada hari minggu, 19 Maret 2017. Katanya, saking ku kesengsemnya sama Emil (sapaan akrab Ridwan Kamil), mereka menyerahkan sepenuhnya keputusan soal siapa wakil Kang Emil nanti kepada walikota Bandung ini.
Kang Emil yang sebelumnya menyatakan akan konsentrasi di Bandung rupanya tergoda untuk maju dalam pemilihan gubernur Jawa Barat. Popularitas dan elektabilitasnya yang tinggi memang menjadi modal terpenting untuk menjadi pesolek yang paling atraktif. Jauh sebelum pilkada DKI pun, RK sempat digadang-gadang untuk diajak bertarung meskipun akhirnya urun turun.
Soal siapa saja yang berpeluang bertarung pada ajang pilkada Jabar ini, Pikiran Rakyat sempat merilis berita tentang hasil survey index Politica di awal tahun ini. Ada beberapa nama yang mengemuka, sebut saja Ridwan Kamil, Dedy Mizwar, TB Hasanuddin, dan Dedi Mulyadi. Tentu saja ini baru pemanasan, karena biasanya mendekati pendaftaran resmi KPU, beberapa nama lain akan bermunculan.
Dibandingkan dengan calon lain, saya lebih condong menaruh harapan akan lahirnya inohong Jawa Barat yang mumpuni kepada para petarung yang sudah teruji kinerja memimpin daerahnya. Bukan apa-apa, secara sederhana kita bisa melihat kualitas seseorang dari hasil kerjanya yang lalu. Tentu saja soal memimpin suatu daerah, akan lebih mudah melihat mereka yang telah terbukti dalam memimpin pemerintah daerah. Ridwan Kamil dan Dedi Mulyadi adalah dua kandidat yang menjadi calon paling moncer.
Bagi saya, keduanya adalah sosok kepala daerah inovatif dalam menelurkan program kebijakan yang pro public. Sebagai orang Purwakarta, saya melihat sendiri hasil pembangunan yang telah dikerjakan Kang Dedi (panggilan Dedi Mulyadi) bagi Purwakarta. Sebagai orang yang sering banyak urusan (termasuk jalan-jalan) di Bandung, saya sendiri bisa melihat metamorphosis kota kembang di tangan Ridwan Kamil.
Dedi mulyadi sukses membranding purwakarta sebagai daerah istimewa dengan budaya sundanya, dengan menyuguhkan icon air mancur terbesar se asia tenggara. Ridwan Kamil menyulap Bandung menjadi kota yang penuh taman tematik.
Keduanya juga terkenal sebagai media darling. Popularitas mereka mungkin terkerek seiring peningkatan pemberitaan di berbagai media, baik online maupun cetak. Soal ini, hampir setiap hari berita tentang keduanya muncul di media online, seperti detik.com atau kompas.com. Demikian pula dalam media cetak, dalam seminggu ada saja berita yang melibatkan salah satu dari keduanya. Minimal dalam dua koran yang say abaca setiap hari, Pikiran Rakyat dan Kompas, keduanya sering kali muncul disana.
soal kiprah di media sosial, keduanya sama-sama jago. Meskipun patut diakui Ridwan Kamil adalah pelopor kepala daerah yang aktif di media sosial dalam berinteraksi dengan warga, tapi Kang Dedi pun perlahan mulai jago berkicau di media sosial. Ridwan Kamil terkesan lebih nyantai dalam berkicau, dan kang Dedi sedikit lebih formal, tapi keduanya sama-sama punya banyak fans di dunia maya.
Soal persaingan keduanya, index politica bahkan merilis survey khusus yang menyajikan data head to head keduanya. hasilnya, keduanya memiliki rating tak berbeda jauh soal popularitas serta sentiment pembicaraan di media sosial.
Terlepas dari persaingan keduanya dalam merebut simpati masyarakat Jawa Barat, saya sangat menantikan langkah-langkah yang akan ditempuh keduanya ke depan. Kang Emil sudah mendeklarasikan secara terus terang akan maju dalam kontestasi pilgub Jabar ini, dan sudah mendapat dukungan dari Partainya Surya Paloh. Saya pikir tak akan lama lagi partai-partai lain pun akan berbaris dibelakangnya.
Sementara itu, meskipun Kang Dedi belum menyebut soal akan maju dalam pilgub, namun sinyal menuju kesana sudah terlihat jelas. Beberapa bulan belakangan, Dedi Mulyadi secara rutin sering berkeliling ke berbagai pelosok Jawa Barat atas nama safari budaya. Apa lagi kalau bukan meraih simpati masyarakat? Saya pikir tak akan lama lagi, aka nada deklarasi dari Dedi dan partai Golkarnya untuk secara resmi bertarung di perebutan kursi nomor satu di gedung sate ini.
Adakah kemungkinan keduanya bersatu sebagai pasangan calon? Hmmm, rasanya terlalu dini untuk menyimpulkan hal tersebut, meskipun itu adalah hal yang tak mungkin. Jalan masih panjang, peta politik belum tergambar jelas.
Apa yang paling saya tunggu dari pemilihan gubernur ini adalah soal adu program yang mereka tawarkan. Pengalaman mencermati pertarungan keduanya dalam pemilukada dimasing-masing daerah, patut saya akui keduanya memiliki kemampuan meramu program kerja yang jelas. Keduanya mampu membaca isu yang paling krusial di daerahnya masing-masing serta menuangkan solusi kebijakan yang mereka tawarkan secara jelas bahkan dalam angka-angka kuantitatif yang lebih terukur. Kalau kamu sering mencermati program-program dari beberapa kandidat yang bertarung di pilkada, pasti pernah menemukan beberapa program yang terkesan ngawang-ngawang dan tidak membumi. Nah, keduanya sungguh beda. Mereka mah mampu mempresentasikan program mereka secara jelas, runut dan logis.
Nah, karena jadwal pemilihan gubernur masih 15 bulan lagi, sementara ini mah mari kita ngopi-ngopi santai saja dulu,…
Jangan tanya saya dukung siapa yaa, kan katanya soal pilihan mah rahasia. Bukan begitu?