Apa yang saya Pelajari Dari Thailand

Dari hasil melancong ke negeri gajah putih, saya melihat bagaimana Thailand memanage bisnis hospitality sebagai sumber devisa mereka.
Awal bulan lalu, saya pergi liburan ke Thailand. Bareng-bareng dengan teman sekantor sih, dan pake Travel. Tentu saja ada perbedaan yang sangat besar antara melancong secara backpacker dengan liburan ala-ala pake tour and travel. Tentu saja ada enak dan gak enaknya. Tapi saya gak mau bahas itu sekarang, nanti aja di postingan berikutnya.
Setiap kali berkesempatan pergi ke tempat yang baru, saya terbiasa untuk mengamati apa yang ada disana. Saya berusaha melihat kondisi yang ada, serta kalau bisa sih membandingkan dengan apa yang ada di Negara kita. Kalau kita lebih bagus, ya syukur. Kalau mereka lebih bagus, ya kita bisa belajar supaya lebih baik.
Btw, saya belum pernah ikut wisata paket tour sebelumnya, serta belum pernah mengajak orang luar jalan-jalan di Indonesia pake tour disini. Jadi, mungkin saja pengamatan saya ini sedikit missed. Tapi setidaknya, ada sesuatu yang bisa ditangkap dari apa yang terjadi disana.
Tour Guide Berbahasa Indonesia
Sejak menjejakkan kaki di bandara Don Mueang, saya sudah dibuat kagum dengan tour guide nya. namanya Nong Nok,… dia bukan saja bisa berbahasa Inggris, tapi juga fasih berbahasa Indonesia. Bahkan dia memperkenalkan diri sebagai Dewi,.. itu katanya nama Indonesianya.
Penasaran, saya pun bertanya pada Dewi, darimana dia belajar bahasa Indonesia. Well, katanya dia sengaja disuruh kursus bahasa Indonesia oleh tempatnya bekerja. Jadi, dia memang disetting buat melayani tamu khusus Indonesia. Katanya lagi, teman-temannya dikursuskan juga bahasa lain, semisal bahasa Korea, Jepang, atau China yang memang termasuk sumber turis terbanyak di Thailand.
Sungguh suatu upaya yang membuat tamu nyaman. Bagaimana tour guidenya berbicara dalam bahasa ibu tamunya. Saya merasakan bagaimana kami serasa di tanah air saja, Tak perlu takut untuk bertanya, secara kebanyakan kami bahasa Inggrisnya lumayan payah. Hehehe
Btw, di kita sudah seperti ini belum?
Penjaga Toko Berbahasa Indonesia
Hal berikutnya yang juga bikin saya tercengang adalah betapa fasihnya penjaga toko Souvenir di pasar Wat Arrun berbahasa Indonesia. Iya, jadi saat kami dibawa berbelanja disana, kami bahkan diberi tahu tak usah khawatir untuk tawar menawar. Kebanyakan penjaga toko disana bisa berbahasa Indonesia. Cerdik yaa?
Selain di toko souvenir, Sales Marketing berbahasa Indonsia, bahkan asli orang Indonesia, saya temui di industri Madu, Obat Herbal dan Perhiasan. Iya, karena kami menggunakan tour and travel, ada beberapa destinasi yang menjadi destinasi wajib untuk dikunjungi, meskipun sebenarnya tak masuk list permintaan kami. Selidik punya selidik mereka bekerja sama dengan pihak tournya untuk membawa tamu kesana.

Nah, disana ternyata sudah disediakan sales marketing yang sangat fasih berbahasa Indoensia. Dan ternyata mereka malahan orang Indonesia asli yang direkrut oleh industry-industri tersebut. Saya aja sampai membeli madu disana,…padahal kan apa bedanya dengan madu di Indonesia.
Btw, di kita sudah seperti ini belum?
Rupiah Laku Buat Belanja
Ini bagian asyik yang saya temui. Pada beberapa tempat, mata uang rupiah bisa diterima oleh pedagang untuk membeli barang. Hal ini bahkan sudah disampaikan oleh pihak Travel di Indonesia bahwa mata uang kita bisa diterima buat berbelanja disana. Ada teman saya yang sampai membawa uang cash rupiah ke sana. Mungkin dia males buat nuker di money changer.
Yang saya pelajari, kebijakan ini memang sangat memanjakan turis. Well, saya sendiri mengalami ketika uang Baht habis, saya masih bisa berbelanja dengan uang rupiah yang menyempil di dompet saya.
Seingat saya, saya belum menemukan toko di Indonesia yang mau menerima mata uang Negara lain. Paling mau juga Dollar amerika. Hanya untuk mata uang Thailand (Baht) misalnya, adakah toko di Negara kita yang mau menerima semua mata uang negara asal turis yang melancong ke Indonesia?
Pemilihan Lagu berbahasa Indonesia

Saat mencoba menikmati dinner diatas River Cruise di sepanjang sungai Chao Praya saya lagi-lagi dibuat terkesan. Salah satu bentuk pelayanan mereka adalah dengan memberikan layanan berupa menyajikan lagu berbahasa Indonesia. Yap, penyanyinya bisa nyanyi lagu Indonesia. Mereka sepertinya bisa melihat ketika kebanyakan penumpang kapal orang Indonesia, mereka kemudian menyanyikan lagu Indonesia sebagai bentuk layanannya. Keren juga…
Seingat saya, mereka menyanyikan lagu dangdutnya Via Vallen atau Ayu Tingting. Nice…
Padat Tapi bersih
Oh ya, hal lain yang saya amati dari kota Thailand adalah soal kebersihan kotanya. Iya sih, saya hanya melancong ke Bangkok dan Pattaya, tapi setidaknya dua kota ini bisa jadi rujukan situasi keseluruhan di negeri gajah putih ini. Bangkok memang terkenal sebagai kota padat penduduk, tapi entah kenapa saya tak melihat kesemrawutan disana. Lalu lintas memang padat, tapi terlihat teratur,… saya lihat alur mobil tetap bergerak, tak ada stuck dalam hitungan menit yang lama.

Satu lagi, nih kota bersih pisan. Saya tak melihat ada ceceran sampah di trotoar atau pun pedestrian sepanjang saya berlalu lalang di kota ini. Anehnya lagi, susah banget mencari tong sampah disana. Apakah memang rakyatnya sudah sadar untuk menjaga lingkungannya? untuk tak buang sampah sembarangan? kalau iya, saya acungi jempol deh.
Well, apa yang tertulis diatas hanya sebagian yang bisa saya lihat bagaimana mereka memberi kemudahan bagi turis-turis yang menikmati negeri mereka. Turis dibikin senyaman mungkin, sehingga mereka bisa kerasan main di sana. Atau mungkin biar mereka balik lagi nanti …
Saya gak tahu apakah hal-hal remeh seperti ini sudah berlaku di kita atau belum. Kalau belum yaa mungkin bisa diikuti yaa,…kalau sudah ya oke,…gw dong yang kudet! Hehehe…