Memantik Listrik di Desa Yang Tak Dilirik

Memantik Listrik di Desa Yang Tak Dilirik

Indonesia itu luas. Saking luasnya wilayah Indonesia, distribusi pembangunan masih belum dirasakan banyak daerah meskipun kita sudah merdeka lebih dari 77 tahun. Salah satunya urusan listrik.

Ya, soal pemerataan elektrifikasi rupanya masih jadi pekerjaan rumah bagi bangsa kita. BPS mencatat setidaknya masih ada 19.565 desa/kelurahan di Indonesia yang belum memiliki akses listrik pada 2021. Pada saat penduduk di wilayah lain menikmati terang di malam hari, mereka yang desanya tertinggal harus bergumul dengan pekatnya gulita malam.

Salah satu desa yang sempat tak menikmati berkah energi listrik adalah desa Bacu-Bacu di lereng perbukitan Copo Tile, Kabupaten Barru provinsi Sulawesi Selatan. Desa ini rupanya belum dilirik pemerintah untuk dialiri listrik.

Tapi itu dulu, sebelum akhirnya seorang pemuda desa bernama Harianto Albarr membawa perubahan di tahun 2008.

Bermula dari ‘pulang kampung’ selepas menamatkan kuliahnya di Jurusan Kimia, Universitas Negeri Makassar, ia ditanya oleh warga kampungnya, “Apa yang bisa diberikan oleh mahasiswa jebolan kota bagi Bacu-bacu?” Maklum, ia satu-satunya pemuda desa yang mampu melanjutkan pendidikan ke jenjang universitas.

Bagi Albarr, pertanyaan warga ini adalah tantangan yang harus ia jawab. Ia melihat masalah terbesar di desanya adalah belum adanya aliran listrik. Ia tertantang untuk mengalirkan listrik ke desanya.

Berbekal informasi yang diperolehnya lewat internet dan youtube, Harianto Albarr yang tak punya basic pendidikan di bidang kelistrikan mencoba merancang instalasi yang sesuai dengan kondisi desanya. Pilihan jauh pada instalasi mikrohidro, yang memanfaatkan aliran air sungai di desanya.

Albarr membangun instalasi instalasi listrik model kincir air dengan berbekal generator listrik bantuan dari pemerintah daerah yang tak terpakai. Dibantu orang tua dan kerabatnya, instalasi lsitrik yang dibangunnya mampu menghasilkan 1000 watt dan cukup untuk menerangi lima rumah di desanya.

Daya yang dihasilkan memang kecil, tapi ini jadi titik awal bagi Hariyanto untuk membangun trust bagi masyarakat Bacu-Bacu. Ia mengajak masyarakat bergerak untuk membangun instalasi listrik yang lebih besar. Pada akhirnya, di tahun 2012 semua rumah di desa Bacu-Bacu dapat dialiri listrik berbekal empat instalasi listrik berdaya 20 kWh hasil swadaya urunan masyarakat desa.

Listrik yang mengalir ke rumah-rumah desa Bacu-Bacu membawa perubahan bagi warga. Ekonomi bisa meningkat, dimana warga bisa membeli kulkas dan berjualan es. Tingkat pendidikan naik, anak-anak giat belajar di malam hari karena ada penerangan lampu listrik. Warga pun tak kehilangan informasi dan hiburan berkat Televisi yang bisa hadir di rumah mereka.

Harianto Albarr tak puas hanya bisa berkontribusi mengalirkan listrik bagi desanya saja. Ia sadar, masih banyak daerah di wilayah lain, terutama di Indonesia timur yang belum menikmati aliran listrik. Ia kemudian menjadi konsultan pengadaan listrik mandiri bagi beberapa desa di Indonesia melalui perusahaan yang didirikannya, CV. Mandiri Pro Nusantara. Mimpinya ingin membangun 1000 PLTMH (Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro) di Indonesia seperti yang ia bangun di desanya.

Keberhasilannya menuai berkah. Ia diganjar berbagai penghargaan. Salah satunya anugerah Satu Indonesia Awards 2012 dari group Astra. Usahanya pun semakin maju dengan banyaknya instalasi PLTMH yang berhasil ia bangun di desa-desa yang belum teraliri listrik.

Materi mungkin bukan yang utama, tapi inspirasi dan semangat untuk mandiri membangun desa patut jadi nilai lebih darinya.

***

Secuil informasi mengenai keberhasilan anak desa nun jauh di Sulawesi Selatan sampai ke pemuda di tanah jawa.

Rama Bargawa, begitu ia biasa disapa, bukan orang yang jago listrik. Ia hanya pemuda asal kota Purwakarta yang suka touring bersama teman-temannya ke berbagai daerah. Alih-alih motoran ke daerah yang mainstream, ia lebih banyak blusukan ke pelosok-pelosok desa yang tak tersentuh aspal.

Jalur touring yang dilewati komunitas Perjalanan Cahaya yang tak beraspal dan tanpa penerangan jalan (sumber: facebook.com/rama.bargawa.12)

Saya mengenalnya sejak kecil. Ia teman masa SMP saya, dan sampai sekarang komunikasi dan informasi tentangnya terjalin dari media sosial yang saling bertaut.

Pengalamannya mengunjungi berbagai daerah membuka matanya. Ternyata masih banyak desa di sekitar tempat tinggalnya yang belum tersentuh listrik. Ia gelisah, tanah Jawa yang katanya paling maju ternyata masih ada daerah tertinggal. Tak ada aspal buat melaju, tak ada tiang listrik membawa setrum ke desa.

Informasi tentang Harianto Albarr yang menginspirasi (sumber: twitter.com/@KangHarianto)

Pada titik ini, kabar soal keberhasilan Harianto Albarr yang awam soal kelistrikan tapi sukses mengalirkan listrik bagi desanya menginspirasi Rama. Bersama teman-teman satu komunitasnya, ia mencetuskan gerakan Perjalanan Cahaya. Mereka berpikir, daripada hanya sekedar touring motor, akan lebih baik jika mereka juga berkontribusi bagi wilayah yang disinggahinya. Salah satunya dengan mengaliri listrik bagi warga desa yang masih tak tersentuh listrik.

Potret rumah warga di daerah yang disinggahi komunitas perjalanan cahaya (sumber: facebook.com/rama.bargawa.12)

Kalau Albarr memilih instalasi PLTMH, komunitas perjalanan cahaya memilih instalasi tenaga surya yang lebih ringkas dan praktis. Selain urusan mudah dibawa dengan sepeda motor, panel surya juga mudah dipasang. Kekurangannya memang dayanya rendah sehingga hanya bisa digunakan untuk satu rumah saja. Tak masalah, mereka maju terus. Minimal bisa menerangi satu rumah pun sudah oke.

Aktifitas pemasangan instalasi listrik oleh komunitas Perjalanan Cahaya (sumber: diolah dari facebook.com/rama.bargawa.12)

Tak dinyata, informasi mengenai aksi mereka menyebar luas, banyak kalangan yang berdonasi membantu Perjalanan Cahaya untuk membantu warga yang tak teraliri listrik. Kini, sudah banyak warga dan desa yang terbantu oleh aksi Rama dan teman-temannya di komunitas.

Begitulah, saya percaya kebaikan itu menular. Saya yakin kabar yang menginspirasi itu bisa diikuti dengan aksi serupa di belahan wilayah lain tanpa terduga.

Dari Harianto Albarr dengan Terang Desa serta Rama Bargawa dengan Perjalanan Cahayanya bisa menjadi cikal bakal tumbuhnya aksi serupa di wilayah lain demi menerangi nusantara, demi membantu pemerintah mencapai target rasio elektrifikasi 100 persen di seluruh wilayah Indonesia.

Ofi Gumelar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *