Titik Balik: Apa yang saya pelajari dari Masa Ramadan Kemarin?

Ramadan telah berlalu. Tapi catatan mengenai aktivitas selama beribadah di bulan ramadan kemarin masih banyak yang harus digoreskan. Terutama karena tahun ini, ramadan terasa berbeda dengan biasanya.
Saat tulisan ini dibuat, Idul Fitri telah berlalu enam hari yang lalu. Sesuai etilomogi Bahasa, Idul Fitri artinya kembali suci. Saya mengartikannya sebagai kembali ke titik nol. Harapannya, dosa-dosa terhapus dan tertimpah dengan pahala ibadah yang berlipat selama bulan ramadan. Termasuk kita kembali menjadi seseorang yang baru.
Keberhasilan melewati ujian selama ramadan harusnya diukur dari peningkatan kualitas ibadah. Mungkin basa basi, karena sesuai kodrat manusia yang mudah lupa, beberapa bulan ke depan bisa saja saya mengulang kembali dosa-dosa lama. Siapa yang bisa menjamin saya gak balik lagi terjerumus ke lembah dosa?
Tapi, mumpung masih hangat dan feel khusyuk ibadahnya masih nempel di hati, saya mencoba mengambil hikmah dari perjalanan sebulan kemarin. Apalagi ramadan kali ini dilingkupi oleh ancaman virus corona yang belum juga terdeteksi obatnya. Anggaplah sebagai refleksi perjalanan ibadah kemarin.
Allah Maha Besar, kita sangat kecil. Ujian pandemi sesungguhnya menunjukkan betapa kuasa Allah yang sangat besar bagi kita. bayangkan, baru dikirim ujian berupa serbuah makhluk seukuran tak kasat mata saja kita sudah dibuat kelimpungan. Kita tak berdaya. Lemah. Kecil.
Ini ujian atau azab? Entah kamu memaknai masa pandemi ini sebagai ujian atau hukuman, saya melihat ini sebagai alert dari-Nya supaya kita putar balik lagi menuju dia. Ibaratnya Allah tuh mau ngasih tahu, “hei manusia, kamu tuh sudah terlalu jauh dari jalan-Ku, yuk kembali sini menuju jalan-Ku.” Iya, kita kan banyak dosa, baik dosa pribadi maupun berjamaah. Ya sudah, kalau nyadar ayo putar balik.
Istighfar. Kesadaran akan dua hal diatas harusnya membuat kita Segera mendeklarasikan minta ampunan pada-Nya. Kenyataan bahwa kita berlinang dosa membuat kita wajib minta ampun pada-Nya. Bukankah istighfar ini menjadi titik awal kita untuk kembali berserah diri kepada-nya lalu kemudian bersungguh-sungguh beribadah kepada Tuhan yang Maha Besar?
Istirahat. Jangan-jangan Allah kasih virus corona kemudian Ia menggerakkan Pemerintah menerapkan Social Distancing dan beraktivitas di rumah aja justru karena ia sayang sama kita. Allah mungkin melihat kita terlalu capai mengejar dunia, dan sedikit melupakan esensi hidup di dunia itu untuk apa sih? Ia menyuruh kita untuk cooling down di rumah aja, merekatkan kembali ikatan keluarga yang terabaikan? Bisa jadi kan? Tuh, sebenarnya lewat corona aja Allah ngasih sign kalau Ia sayang sama kita. Duh,…
Banyakin Ibadah. Buat saya selama ramadan diam di rumah adalah cara Allah memberi ruang untuk lebih khusyuk dan getol ibadah. Alhamdulillah, selama sebulan kemarin saya bisa menuntaskan baca Al-Qur’an full, shalat tarawih berjamaah full dan sedekah harian rutin. Sesuatu yang selalu bolong-bolong pada kondisi ramadan normal. Bukankah ini berkah buat saya?
Kini saat ramadan telah berlalu, selepas menemukan hikmah perjalanan ramadan kemarin saya siap melangkah menjadi saya yang baru. Oh ya, sekarang juga Pemerintah sedang menyiapkan cara hidup baru beradaptasi dengan pandemi corona (new normal). Ini tentu memerlukan diri saya yang baru, new me,… Semoga saja bekal renungan selama ramadan kemarin itu bisa menjadi titik balik untuk menjadi new me di masa new normal.
Saling mendo’akan yaa,…