Waspada Kejahatan Siber, Bijak Jadi Nasabah Digital

Perkembangan teknologi memang membawa banyak kemudahan bagi kita, termasuk dalam hal perbankan. Cukup download aplikasi mobile banking di handphone, kita tak perlu repot lagi bolak balik ke kantor Bank untuk bertransaksi.
Saya sendiri sudah lupa kapan kira-kira mampir ke bank. Kalaupun perlu ambil uang cash, kini saya cukup ke minimarket depan rumah, disana tersedia gerai anjungan tunai mandiri (ATM) yang bisa dipake oleh provider bank mana saja. Praktis.
Demikian pula untuk urusan mencari informasi perbankan atau sekedar layanan costumer service. Semua bisa didapat dengan cukup menelpon constumer service, atau mengirim direct message ke admin akun media sosial mereka, dan biasanya segera direspon secara cepat. So simpel.
Akan tetapi, dibalik kemudahan yang didapat, tentu saja ada efek sampingnya. Ada saja orang-orang yang berniat buruk memanfaatkan celah kelengahan kita dalam menggunakan aplikasi ini. Disini kita perlu lebih hati-hati.
Sudah banyak cerita soal orang-orang yang tertipu oleh pihak-pihak tak bertanggung jawab. Ambil contoh, broadcast sms yang mengabarkan bahwa kita memenangkan undian dan diharuskan mengirim nomor beserta PIN rekening adalah cerita lama yang sering berulang. Sayangnya, siasat seperti ini selalu saja memakan korban, meskipun sudah banyak berita soal ini. Mungkin mereka memanfaatkan sisi euphoria korban yang berasa mendapatkan durian runtuh, sehingga lengah dan tak sadar memberikan informasi rahasia mereka.
Menyadari akan banyaknya kejahatan siber seperti contoh diatas tentu menjadikan kita sebagai nasabah harus lebih bijak. Setidaknya tidak membocorkan informasi rahasia kita secara sembarangan. Paling simpel, kamu harus hati-hati kalau ada yang nanya no PIN atau kode akses rekeningmu. Salah-salah malah bisa tersedot rekeningmu.
Bank BRI merupakan salah satu Bank yang menyadari akan hal ini. Sadar bahwa banyak nasabah yang belum mengerti soal menjaga informasi mereka, BRI punya program yang Bernama penyuluh digital. Penyuluh digital pada dasarnya adalah nasabah seperti aku, kamu dan siapapun yang punya misi giat mengingatkan orang untuk lebih bijak dalam mengelola dan menjaga layanan finansial mereka.
Penyuluh digital yang dibuat oleh BRI punya 3 tugas penting, Pertama, mengajak atau mengajari siapa saja yang belum melek informasi digital alias gaptek hingga naik kelas menjadi lebih digital. ya, misalnya jadi bisa buka rekening sambil senyum-senyum sendiri tanpa pusing 7 keliling.
Bagi newbie pengguna aplikasi BRI yang gaptek, urusan buka rekening saja bisa jadi menguras air mata. Mau nanya malu, mau coba sendiri buntu browsing di mbah gugel kadang malah muter-muter.
Berhasil buka rekening tak serta merta membuat urusan perbankan kelar. Pertanyaan selanjutnya, setelah itu apa lagi?
Setelah aplikasi terpasang dan nomor rekening di tangan, belum tentu semua orang langsung bisa melakukan transaksi ya kan?harus klik apa, harus isi apa kalau mau ini, kemana lagi kalau mau buka itu.
Meskipun fitur yang ada di aplikasi BRI dibuat sesederhana mungkin, tapi bagi yang belum terbiasa bisa kesasar saat ingin bertransaksi digital.
Nah tugas penyuluh digital yang Kedua adalah mengajarkan juga bagaimana melakukan transaksi digital.
Melakukan transaksi digital selain lebih mudah, namun rawan mendapatkan kejahatan siber. Ketidak mengertian nasabah dalam bertransaksi bisa disisipi oleh niat jahat orang-orang tak bertanggung jawab.
Disinilah tugas penyuluh digital yang ketiga dibutuhkan. Penyuluh digital akan mensosialisasikan dan mengajarkan masyarakat untuk mengamankan rekeningnya dari kejahatan-kejahatan digital.
Beberapa waktu yang lalu teman saya rekeningnya ada yang bobol. Pembobol rekening itu mengirim email padanya seolah dari Bank tempatnya memiliki rekening.
Terkecoh dengan kop atau logo yang menyertai pemberitahuan seolah itu adalah resmi, 11 juta rupiah dalam rekening teman saya itu terkuras habis.
Kejahatan digital yang mengintai itu tak semuanya disadari oleh nasabah. Kadang kala penjahat digital masuk juga lewat platform media sosial, hati-hati deh kalau sudah ada yang meminta kita posting KTP apapun judulnya. Penyalahgunaan KTP sering kali jadi pintu masuk kejahatan siber.
Kadang kala memang kejahatan siber terjadi karena kecerobohan kita sendiri. Kepanikan seringkali dijadikan jebakan oleh mereka para penjahat siber.
Intinya, menjadi nasabah bijak artinya kita bukan cuma menjaga diri dari kejahatan siber, tapi juga mengingatkan orang lain agar lebih berhati-hati.
Yuk, jadi nasabah bijak!