Waspada TBC di Masa Pandemi

Selain waspada terhadap virus Covid-19 selama pandemi ini, jangan lupa pula untuk siaga terhadap ancaman bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri yang menyebabkan penyakit tuberkulosis atau TBC mudah menyebar di negara dengan iklim tropis, termasuk Indonesia. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyebut Indonesia termasuk negara ketiga terbesar dengan kasus TBC di Dunia, setelah India dan China.
Wabah penyakit TBC sendiri telah menyebar di nusantara sejak jaman kerajaan. Konon, kisah penderita TBC yang bertubuh kurus kering terpahat dalam salah satu relief Candi Borobudur yang diketahui didirikan oleh Wangsa Syailendra pada abad ke-8 Masehi. Artinya, kita punya sejarah panjang dalam berurusan dengan penyakit ini.
Namun, meskipun negara kita punya sejarah panjang serta sudah ditemukan obatnya, kasus Kematian akibat penyakit TBC ini masih tergolong tinggi. Angkanya mencapai 13 orang per jam meninggal karena tuberkulosis. Fakta mengejutkan ini membuktikan kalau kita masih lalai terhadap ancaman serius penyakit ini.
Pertanyaannya, kok bisa ya tingkat Kematian akibat penyakit TBC ini masih tinggi di negara kita? saya menduga ada beberapa penyebabnya. Pertama, kita terlalu menganggap sepele karena ini terhitung penyakit tua serta sudah ada obatnya. Kedua, kita lalai menjaga kebersihan lingkungan. Soal bakteri saya pikir juga dipengaruhi higienitas lingkungan kita. Dan ketiga, ada dugaan kurangnya disiplin dalam mengkonsumsi obat TBC oleh penderita. Asal tahu saja, pengobatan TBC memerlukan waktu yang lumayan lama dan harus rutin, tanpa ada bolong-bolong sehari pun dalam mengkonsumsinya.
Harusnya momen pandemi covid-19 ini bisa membuat kita lebih waspada terhadap ancaman TBC. Ketika kini kita getol menggalakan protokol Kesehatan demi pencegahan terpapar cirus covid-19, pada saat yang sama kita bisa mencegah penularan penyakit TBC. Kewaspadaan juga perlu diperhatikan dalam hal melihat gejala penyakitnya, mengingat keduanya punya beberapa kesamaan.
Pertama, keduanya menyebar melalui droplet atau cipratan air liur penderita saat bersin, batuk ataupu berbicara. Bedanya hanya penyebabnya saja. jika Covid-19 disebabkan oleh virus corona, maka TBC penyebabnya adalah bakteri. Kedua, secara gejala keduanya ditandai dengan batuk yang terus menerus yang disertai demam tinggi. Hanya saja, TBC lebih banyak berupa batuk berdahak, terkadang disertai keluar darah. Ketiga, penyakit TBC termasuk salah satu penyakit bawaan yang dapat menyebabkan terpaparnya covid-19.

Satu hal yang mungkin membedakan TBC dengan Covid-19 adalah TBC ini sudah tersedia obatnya. Akan tetapi meskipun sudah tersedia obatnya, bukan berarti akan gampang menyembuhkan penyakit ini. apalagi kalau sampai telat pengobatannya. Bukan apa-apa, serangan bakteri Mycobacterium tuberculosis bukan hanya menyerang paru-paru, tapi bisa merambat ke organ lain, seperti ginjal, tulang belakang dan otak.
Dengan gejala yang hampir mirip, hal ini bisa membingungkan kita dalam membaca gejalanya. Salah diagnosa tentu saja akan menyebabkan salah penanganan penyakitnya yang bisa berujung fatal, bahkan Kematian. Karena itu, sangat penting untuk mengetahui gejala serta memastikan tidak salah diagnosa.
Karena itu, agar tak salah membaca gejala penyakit, jalan terbaik adalah berkonsultasi dengan dokter ahli. Sayangnya, dimasa pandemi ini ketika kita maunya membatasi aktifitas keluar rumah, akan lebih menyenangkan apabila konsultasinya di rumah saja. bisa gak sih?
Jalan keluarnya adalah dengan menggunakan layanan chat dokter di aplikasi Halodoc. Lewat aplikasi Halodoc ini, kita bisa menghubungi dokter untuk menyampaikan keluhan dan mengkonsultasikan kekhawatiran soal penyakit TBC ini serta meminta rekomendasi obat. Konsultasinya pun bisa dilakukan secara video/voice call maupun chat. Praktis kan?

Buat kamu yang belum tahu apa itu Halodoc, Halodoc adalah aplikasi layanan yang memberikan beragam fasilitas Kesehatan, termasuk chat dengan dokter, beli obat, cek lab, daftar kunjungan rumah sakit bahkan beragam artikel informasi seputar Kesehatan tersedia di Halodoc. Saat ini Halodoc bahkan melayani tes covid-19. Semuanya hadir dalam kendali genggaman aplikasi di smartphone kita. ini tentu saja membuat layanan Kesehatan menjadi lebih praktis.
Soal tuberkulosis, di Halodoc sendiri terdapat banyak artikel yang membahas soal penyakit ini. Tentu saja informasi di dalamnya lebih valid dibanding artikel yang bersumber dari website atau kanal sosial yang belum jelas kompetensinya. Pasalnya, artikel yang tayang di Halodoc banyak ditulis oleh para dokter ataupun para ahli di bidang Kesehatan.
Dengan banyaknya fitur di Halodoc, ini beberapa step yang bisa kita lakukan untuk memastikan apabila ada suatu gejala penyakit yang menjangkiti kita, termasuk penyakit TBC. Pertama, cari informasi seputar gejala penyakit yang dirasakan lewat artikel-artikel yang ada di Halodoc. Kedua, untuk memastikan dugaan gejala penyakit kita, bisa dikonsultasikan kepada dokter lewat Chat Dokter. Ketiga, kita juga bisa memesan obat apabila memang diresepkan oleh Dokter setelah berkonsultasi tersebut. Kalau memang harus tes lab ataupun dirujuk ke rumah sakit, kita tak perlu repot juga. Halodoc menyediakan fitur pendaftaran untuk keduanya. Praktis kan?